Mengertilah, adikku

Karin adalah seorang gadis berumur 17 tahun yang tinggal bersama ibu kandung dan ayah tirinya serta kedua adiknya. Ayah kandung karin sendiri tinggal bersama istrinya di daerah Sulawesi, sangat jauh dari tempat tinggal Karin. Awalnya, Karin sangat tertekan ketika ibunya menikah lagi dengan ayah tirinya itu. Namun, ia menyadari bahwa ibunya butuh pendamping hidup dan seiring berjalannya waktu, ia pun mulai menerima keadaan ibunya dan menyukai ayah tirinya itu.

Ayah tiri Karin bekerja sebagai PNS, sama seperti ibu Karin, hanya saja mereka beda kantor. Meskipun demikian, penghasilan ayah tiri Karin tidak lebih baik dari ayah kandungnya, bahkan ibu karin sendiri.

"Ma, kenapa sih mama mau sama papa. Kan penghasilannya lebih kecil dari mama. Lagian kenapa sih mama harus pisah sama papa?", tanya adik Karin, Endy yang duduk di bangku SMP. "Papa kamu itu baik. Kalo masalah kenapa mama harus pisah, kamu coba tanya papa kamu aja langsung. Karna mama juga gatau",jawab ibu Karin. Adik Karin memang tidak senang terhadap ayah tirinya dari awal sampai saat ini. Apalagi semenjak ia pulang dari Sulawesi, tempat ayahnya setelah liburan. Sifatnya berubah total. Menjadi lebih angkuh dan acuh terhadap situasi rumah. Bahkan ia suka membantah perkataan ayah tirinya ataupun ibunya.

Lain halnya dengan Karin, Karin judtru semakin menyayangi dan memahami kondisi keluarganya setelah pulang dari Sulawesi. Ia merasa istri ayahnya sangat berbeda dengan ibunya. Ia merasa ibunya lah yang lebih baik dari semua ibu yang ada.

Suatu malam, "ma, tambahin uang aku dong mau beli sepatu 500 ribu", kata Endy kepada ibunya. "Hah? Sepatu apaan tuh? Mahal banget. Mama lagi gapunya uang dek",jawabnya. "Yaelah ma, cuma 200 ribu aja kok.""Kamu pikir gampang cari uang 200 ribu?!", ibu Karin mulai marah. Perselisihan pun tak bisa dihindari sampai akhirnya Endy berkata,"mama tuh emang gapernah ngertiin aku. Mendingan tinggal sama papa deh bisa dipenuhin semua kebutuhannya. Ga kaya disini. 200 ribu aja susah." Ibu Karin pun masuk kamar dengan penuh emosi. Karin menyusul ibunya masuk ke kamar dan berusaha merendam isak tangis ibunya. "Kak, kamu kasih tau adiknya kalau memang dia mau tinggal sama papanya, silakan pergi dari rumah ini dan jangan anggap mama sebagai ibunya lagi." Karin pun hanya bisa diam. Ia pun pergi dari kamar ibunya, menatap sinis adiknya, masuk ke kamarnya lalu menangis.

Karin sangat menyayangi ibunya. Ia tidak bisa melihat ibunya sedih. Ia pun bercertia kepada guru lesnya yang dekat dengannya dan meminta solusi. "Mending kamu besok ngomong baik-baik dek sama adik kamu. Kalo sekarang juga percuma. Dia pasti gaakan dengerin", saran Kak Marni, guru les Karin.

Pagi harinya, suasana rumah sangat dingin. Semua diam di meja makan. Setelah sarapan, semuanya pergi begitu saja. Di sekolah, Karin tetap memahami pelajaran meskipun ia sedang memiliki masalah karena Karin merupakan murid berprestasi di sekolahnya.

Sepulang sekolah, "Karin, mama kenapa semalam? Kok ga cerita ke papa yaa?", tanya ayah tiri Karin. Karin pun menjelaskan apa yang telah terjadi semalam. "Endy bener-bener udah keterlaluan. Masa dia tega ngomong gitu ke mama? Papa harus ngomong ke Endy nih.""Kayanya gausah deh pa, tadi aku udah nasihatin dia lewat sms. Semoga sadar deh dia.""Yaa tapi papa tetep harus ngomong sama dia.""Yaudah, coba aja."

Ayah Karin pun memanggil Endy dan Karin meninggalkan mereka berdua. "Mama semalam kenapa?", tanya ayah tiri Karin baik-baik. "Kenapa sih papa suka ikut campur urusan orang? Mana aku tau mama kenapa", jawab Endy. "Kamu gapunya sopan santun yaa. Percuma kamu di sekolahin kalo etika aja gak ada!", ayah tiri Karin pun mulai kesal. Endy pergi meninggalkan ayahnya begitu saja.

Karin kali ini tidak bisa diam akhirnya, ia memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada ayah kandungnya. Kebetulan sekali, ayah kandung Karin ingin datang ke Jakarta minggu ini.

Beberapa hari kemudian, ayah Karin datang menjemput Karin dan Endy untuk bermalam di tempat tinggalnya. Ibu Karin dan ayah tirinya tidak keberatan karena setiap ayah Karin datang memang seperti itu. Sesampainya di tempat ayahnya, ayah pun menanyakan kejadian waktu itu yang telah diceritakan Karin kepada Endy. Kemudian Endy hanya bisa terdiam dan menunduk. Kemuadian ayah Karin menasihatinya dengan perlahan. "Papa juga waktu seumuran kamu gitu dek. Bandel, tapi gapernah papa bikin mama aji nangis. Karena mama aji itu ibu papa, papa gamau mama aji sedih karena papa. Apalagi papa anak pertama. Harus kasih contoh ke om tante kamu. Kamu juga harusnya kasih contoh juga dong ke Citra. Kan kamu juga udah jadi abang sekarang. Terus walaupun kamu tinggal sama papa tiri kamu, ga seharusnya kamu bersikap kaya gitu ke papamu. Karena dia itu pengganti papa kalau dirumah kamu. Kamu harus terima keadaan. Kan papa juga suka transfer uang buat kamu, kenapa minta sama mama lagi." Endy pun mulai mencair. Ia jadi terlihat agak diam dari sebelumnya selama bersama ayahnya dan Karin. Mungkin dia termenung akan kata-kata ayahnya.

Sesampainya di rumah, Endy meminta maaf kepada ibu dan ayah tirinya. Sikapnya pun sedikit berubah dari sebelumnya. Karin pun senang karena melihat keluarganya utuh kembali.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments
 
Trollface / Problem? / Coolface  - Rage Face Comics